Tiba saatnya kita hampir di penghujung tahun 2020. Hampir setiap hari terasa syahdu dengan derasnya suara air hujan dan semilir angin dan mendung, kelabu, ini bulan Desember tahun 2020. Bagaimana perasaanmu?
Sejenak mari flashback dari awal 2020. Januari 2020 awal tahun yang hampir setiap pagi dihiasi dengan jalan jalan pagi dengan tujuan lahirannya lancar. 17 Januari 2020 bayi lelaki lahir ke dunia. Namanya Arshaddastan. Nanti di lain waktu aku ceritakan tentang Arshaddastan. Sungguh menggembirakan sekaligus merasa deg deg an karena kembali mengalami yang namanya melahirkan. Tentang rasa kontraksinya, tentang mengatur nafas, tentang cara mengedan dan sakitnya. Luar biasa. Luar biasa bahagianya pula.
Februari 2020. Kembali menetap di Yogyakarta setelah sebelumnya berpikir untuk tinggal sejenak di rumah orang tua karena pasca lahiran dan balitaku baru berumur 3 tahun tentunya kami berpikir sangat perlu waktu untuk adaptasi. Dan ternyata setelah dilakoni, bisa. Momong 2 anak berdua dengan suami saja tanpa ART, bisa.
Maret 2020. Pemerintah mengumumkan adanya pasien terkonfirmasi positif covid19. Pada masa awal pandemi ini cluster yang muncul langsung viral. Dari sini akhirnya banyak kantor yang mulai WFH, termasuk suami saya, dosen UNY, beliau mulai WFH pada awalnya hanya 2 minggu, lalu ditambah lagi 2 minggu sampai akhirnya sebulan puasa WFH. Setelah lebaran perkuliahan tetap daring. Hal ini merupakan berkah tersendiri untukku, sebab dengan WFH segala kehirukpikukan rumah tangga diatasi berdua.
Semenjak WFH pula, kami berusaha untuk selalu taat protokol kesehatan. Lebainya pula kami hampir ga pernah lagi jajan. Setiap main course, setiap camilan, atau apapun sebisa mungkin untuk bikin sendiri. Aku jadi banyak belajar dunia perdapuran lebih banyak.
2020. Tahun ini bisa dikatakan tahun musibah atas wabah corona di seluruh penjuru negri. Namun dibalik itu semua akan selalu ada sesuatu yang berharga yang bisa kita ambil. 2020 membuatku pribadi untuk banyak berpikir terhadap diri, yang sudah dijalani, yang sedang dijalani maupun yang dicita-citakan. 2020 kadang terasa gemas ketika membayangkan sesuatu yang telah berlalu yang sifatnya ketololan, kebodohan, dan keburukan lainnya rasanya aku ingin melompat kembali dan remidi. meski itu tak mungkin terjadi. Satu-satunya remidi yang bisa dilakukan adalah melakukan yang sekarang sedang dilakukan dengam sebaik baiknya untuk mendapatkan future yang lebih baik.
Kemudian 2020. Aku sangat menikmati sebagai ibu beranak 2 dengan segala tawa dan rusuh yang mereka perbuat. Sambil membayangkan di masa mendatang, tentang angan dan cita-cita yang belum terwujud. Tentang suatu perkiraan bagaimana bisa caranya seorang aku bisa sampai seperti yang ada di gambaran di ujung otak.
Komentar
Posting Komentar